Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh

Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh - Hallo sahabat http://blabla0909.blogspot.com, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Artikel, Artikel Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh
link : Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh

Baca juga


Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh


Nama lengkapnya yaitu Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah Muhammad Abduh :: Biografi dan Ide-Ide Pemikiran Muhammad Abduh
MUHAMMAD ABDUH

A.    Riwayat Hidup Muhammad Abduh

Nama lengkapnya yaitu Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada tahun 1849 M dan wafat pada tahun 1905 M. Ayahnya, Abduh bin Hasan Khairullah, mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki. Sedangkan ibunya, mempunyai silsilah keturunan dengan tokoh besar Islam, Umar bin Khattab.
Pendidikan pertama yang ditekuni Muhammmad Abduh yaitu berguru Al Qur'an, dan berkat otaknya yang cemerlang maka dalam waktu dua tahun, ia telah hafal kitab suci dalam usia 12 tahun. Pendidikan formalnya dimulai ketika ia dikirim oleh ayahnya ke akademi agama di masjid Ahmadi yang terletak di desa Thantha. Namun lantaran sistem pembelajarannya yang dirasa sangat membosankan, balasannya ia menentukan untuk menimba ilmu dari pamannya, Syekh Darwisy Khidr di desa Syibral Khit yang merupakan seseorang yang berpengetahuan luas dan penganut paham tasawuf. Selanjutnya, Muhammad Abduh melanjutkan studinya ke Universitas Al Azhar, di Kairo dan berhasil menuntaskan kuliahnya pada tahun 1877.
Ketika menjadi mahasiswa di Al Azhar, pada tahun 1869 Abduh bertemu dengan seorang ulama' besar sekaligus pembaharu dalam dunia Islam, Said Jamaluddin Al Afghany, dalam sebuah diskusi. Sejak dikala itulah Abduh tertarik kepada Jamaluddin Al Afghany dan banyak berguru darinya. Al Afghany yaitu seorang pemikir modern yang mempunyai semangat tinggi untuk memutus rantai- rantai kekolotan dan cara-cara berfikir yang fanatik.
Udara gres yang ditiupkan oleh Al Afghany, berkembang pesat di Mesir terutama di kalangan mahasiswa Al Azhar yang dipelopori oleh Muhammad Abduh. Karena cara berpikir Abduh yang lebih maju dan sering bersentuhan dengan jalan pikiran kaum rasionalis Islam (Mu'tazilah), maka banyak yang menuduh dirinya telah meninggalkan madzhab Asy'ariyah. Terhadap tuduhan itu ia menjawab: "Jika saya dengan terang meninggalkan taklid kepada Asy'ary, maka mengapa saya harus bertaklid kepada Mu'tazilah? Saya akan meninggalkan taklid kepada siapapun dan hanya berpegang kepada dalil yang ada".

B.     Latar Belakang Pemikiran Muhammad Abduh

Muhammad  Abduh dilahirkan dan dibesarkan dan hidup dalam masyarakat yang sedang disentuh oleh perkembangan-perkembangan dasar di Eropa. Sayyid Quthub sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab, dalam bukunya yang berjudul Studi Kritis Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha,  memberikan citra singkat mengenai masyarakat tersebut yakni ”suatu masyarakat yang beku, kaku, menutup rapat pintu ijtihad, mengabaikan peranan kebijaksanaan dalam memahami syari’at Allah atau mengistinbatkan hukum-hukum lantaran mereka telah merasa berkecukupan dengan hasil karya para pendahulu mereka yang juga hidup dalam masa kebekuan kebijaksanaan (jumud) serta yang berlandaskan “khurofat”. Sementara itu di Eropa hidup suatu masyarakat yang mendewakan akal, khususnya sehabis penemuan-penemuan ilmiah yang sangat mengagumkan ketika itu.
Keadaan masyarakat Eropa tersebut bersama-sama telah menanamkan benih pengaruhnya semenjak kedatangan ekspedisi prancis (Napoleon) ke Mesir pada tahu 1798. Namun secara terang tumbuhnya benih-benih tersebut mulai dirasakan Muhammad Abduh pada dikala ia memasuki pintu gerbang Al-Azhar. Waktu itu, forum pendidikan tersebut para pembina dan ulamanya telah terbagi kedalam dua kelompok., lebih banyak didominasi dan minoritas. Kelompok pertama menganut contoh taqlid, yakni mengajarkan kepada siswa bahwa pendapat-pendapat ulama terdahulu hanya sekedar dihapal, tanpa mengantarkan pada perjuangan penelitian, perbandingan dan pentarjihan. Sedangkan kelompok kedua menganut contoh tajdid (pembaharuan) yang menitik beratkan uraian-uraian mereka ke arah daypikir dan pengembangan rasa.
Berkat pengetahuan Abduh wacana ilmu tasawuf serta dorongan Syekh Darwisy biar ia selalu mempelajari banyak sekali bidang ilmu, yang diterimanya ketika usia muda dulu, maka tidak mengherankan kalau naluri Abduh yang didukung Syaikh tersebut membuat Abduh lebih condong untuk berpihak kepada kelompok minoritas yang ketika itu dipelopori oleh  Syekh Hasan Al -Thawil yang telah mengajarkan filsafat dan nalar jauh sebelum Al-Azhar mengenalnya. Pada sisi lain pertemuan Abduh dengan Al-Afgani mengakibatkan Abduh aktif dalam banyak sekali bidang sosial dan politik, dan kemudian mengantarkannya untuk bertempat tinggal di Paris, menguasai bahasa Prancis, menghayati kehidupan masyarakatnya, serta berkomonikasi dengan pemikir-pemikir Eropa ketika itu.

 C.    Pemikiran Muhammad Abduh dan Ide-ide Pembaharuan

Muhammad Abduh sebagai seorang pemikir muslim banyak mengeluarkan wangsit atau gagasan yang bernapaskan pembaharuan. Kondisi masyarakat Islam pada masa itu masih mengacu pada pemikiran-pemikiran usang yang tidak berlandasakan pada analisis kemajuan zaman. Berikut pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh :

1                    1. Pemikiran Muhammad Abduh  dalam hal Aqidah dan Ibadah

Dalam kitabnya yang berjudul Risalat Al-Tauhid, Muhammad Abduh mengemukakan bahwa, Tauhid yaitu ilmu yang membahas wacana wujud Allah, dan wacana sifat-sifat yang niscaya ada (wajib) padaNya, sifat-sifat yang bisa ada (Ja’iz) padaNya, dan sifat-sifat yang niscaya tidak ada (mustahil) padaNya. Ilmu Tauhid juga membahas wacana para Rasul untuk mengukuhkan kerasulan mereka, dan sifat-sifat yang niscaya ada (wajib) pada mereka, sifat-sifat yang bisa dinisbatkan kepada mereka (Ja’iz), serta sifat-sifat yang tidak mungkin dilekatkan (mustahil) pada mereka. Asal arti tauhid yaitu keyakinan bahwa Tuhan (Allah) yaitu Maha Esa, yang tiada sekutu bagi Nya. Ilmu ini dinamakan Tauhid lantaran ia merupakan potongan terpenting dari agama Islam, yaitu pengakuan sifat Maha Esa kepada Allah pada esensiNya, dan pada karya-karyaNya dalam membuat seluruh alam. Juga pengakuan bahwa Dia yaitu satu-satunya daerah kembali semua yang ada, dan penghabisan semua maksud. Usaha ini yaitu tujuan paling agung dari diutusnya Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dibuktikan oleh ayat-ayat Al-Qur’an.
Intisari fatwa Islam berdasarkan Muhammad Abduh adalah, percaya kepada keesaan Tuhan menyerupai yang ditetapkan oleh kebijaksanaan dan didukung oleh Al-Qur’an. Menerima begitu saja ketentuan atau kepercayaan yaitu tidak sesuai dengan fatwa Al-Qur’an. Al-Qur’an  telah memerintahkan  untuk merenungkan keajaiban ciptaan Tuhan. Dalam dua karya besarnya, Risalat Al-Tauhid dan Al-Islam wa Al-Nashraniyyah ma’a Al-Ilmi wa Al-Madaniyyah, Muhammad Abduh mencoba menyelaraskan kebijaksanaan dan wahyu, namun pada balasannya kebijaksanaan yang ditekankan. Jika terjadi perselisihan antara kebijaksanaan dan apa yang diriwayatkan hadits, maka kebijaksanaan yang harus didahulukan, dan hadits diinterpretasikan kembali biar sesuai dengan rasio atau akal, atau mengakui kebenarannya seraya mengakui ketidak mampuan insan untuk mengetahui maksud Allah. Dia juga memperingatkan orang-orang yang beriman, biar tidak mendapatkan secara tidak kritis kepercayaan para pendahulu mereka. 

2. Pembaharuan Muhammad Abduh dalam Pendidikan

Dilatar belakangi pendidikan Muhammad Abduh yang berasal dari Universitas Al-Azhar, maka pemikiran, wangsit atau gagasan yang di utarakan Muhammad Abduh di realisasikan di Universitas yang sama.
Ide-ide pembaharuan adalam bidang pendidikan yang diajukan Muhammad Abduh dilatarbelakangi situasi sosial keagamaan dan situasi pendidikan pada dikala itu. Pemikiran statis, taqlid, bid’ah, dan khurafat menjadi ciri dunia Islam pada dikala itu.
Gerak Muhammad Abduh di Universitas Al-Azhar di awali semenjak ia menamatkan kuliahnya pada tahun 1877. Selanjutnya, ia diangkat menjadi dosen di Universitas Darul Ulum dan Universitas al-Azhar.
Perubahan yang dilakukan Muhammad Abduh di dua Universitas tersebut bersifat radikal. Beliau menciftakan metode-metode gres yang sesuai dengan kemajuan zaman dan menghilangkan segala bentuk metode bodoh dan fanatic.
Program pembaharuan pendidikan yang diajukannya yaitu memahami dan memakai fatwa Islam dengan benar, sebagai salah satu fondasi utama untuk mewujudkan kebangkitan masyarakat. Dia mengkritik sekolah-sekoalah modern yang didirikan oleh misionaris asing, juga mengkritik sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah.
Menurutnya, di sekolah-sekolah  misionaris yang didirikan bangsa asing (al-madrasah al-ajnabiyyah) siswa dipaksa untuk mempelajari kristen, sementara itu di sekolah-sekolah pemerintah, siswa tidak diajar agama sama sekali. Sementara sekolah-sekolah pemerintah tampil dengan kurikulum barat sepenuhnya, tanpa memasukkan agama ke dalam kurikulumnya, pada sisi yang lain sekolah-sekolah agama tidak memperlihatkan kurikulum modern (Barat) sama sekali.
Pendidikan agama kala itu tidak mementingkan perkembangan intelektual sama sekali, padahal Islam mengajarkan untuk menyebarkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan aspek jiwa yang lain. Antara tipe sekolah modern yang dibangun oleh pemerintah dan misionaris, dengan tipe sekolah agama di mana Al-Azhar sebagai pendidikan tertingginya, tidak mempunyai kekerabatan sama sekali antara yang satu dengan yang lain (Lubis, 1993: 153-154).
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai Muhammad Abduh yaitu tujuan pendidikan yang luas, yang meliputi aspek kebijaksanaan (kognitif) dan aspek spiritual (afektif). Aspek kognitif untuk menanamkan kebiasaan berfikir, dan sanggup membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang mempunyai kegunaan dan yang membawa mudharat. Aspek afektif untuk menanamkan moral yang mulia dan jiwa yang bersih. Dengan pendidikan spiritual diperlukan moral yang tinggi akan terbentuk, sehingga sikap-sikap yang mencermnkan kerendahan moral sanggup terhapuskan. Dengan tujuan pendidikan yang demikian, Muhammad Abduh menginginkan terbentuknya pribadi-pribadi yang utuh, yang mempunyai struktur jiwa yang seimbang, yang tidak hanya mempunyai kecerdasan intelektual tetapi juga mempunyai kecerdasan spiritual. Ia berkeyakinan kalau kebijaksanaan dicerdaskan dan jiwa dididik dengan moral agama, maka ummat Islam akan sanggup berpacu dengan Barat dalam menemukan ilmu pengetahuan gres dan sanggup mengimbangi mereka dalam kebudayaan (Lubis, 1993: 156).
Selain dalam hal metode pengajaran, Muhammad Abduh juga melaukan pembaharuan-pembaharuan yang mengarah pada ranah politis. Karena melihat keadaan dikala itu, mahasiswa Al-Azhar sangat awam wacana politik pemerintah sehingga mereka dipermainkan dengan sangat bebas oleh para politik penjajah asing.
Melalui pemahaman yang ditularkan oleh Muhammad Abduh ini, mahasiswa mulai mempunyai pandangan yang mendalam wacana permainan politik asing yang mewarnai politik Mesir. Akibatnya, mahasiswa mulai kritis dan ikut serta dalam memonitoring acara politik Mesir.
Adapun pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh di Universitas al-Azhar adalah:

  • Menaikan honor guru-guru atau dosen-dosen yang miskin.
  • Membangun Ruaq Al-Azhar  yaitu kebutuhan pemondokan bagi dosen-dosen dan mahasiswanya.
  • Mendirikan Dewan Administrasi Al-Azhar ( Idarah al-Azhar).
  • Memperbaiki kondisi perpustakaan yang sangat menyedihkan.
  • Mengangkat beberapa orang sekretaris untuk membantu kelancaran kiprah Syekh al-Azhar.
  • Mengatur hari libur,dimana libur lebih pendek dan masa berguru lebuh panjang.
  • Uraian pelajaran yang bertele-tele yang dikenal Syarah al-Hawasyi diusahakan dihilangkan dan digantikan dengan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.
  • Menambahkan mata pelajaran Berhitung,Aljabar,Sejarah Islam,Bahasa dan Sastra dan Prinsip-prinsip Geometri dan Geografi kedalam kurikulum al-Azhar.
Usaha pembaharuan Muhammad Abduh mengalamalami kegagalan terutama usahanya menghilangkan dikotomi pendidikan, sehabis al-Khudaywi Abbas berbalik menolak upaya perbaikan terhadap al-Azhar dan mendukung orang-orang yang kontra dengan Muhammad Abduh.Syekh Muhammad Abduh balasannya dipecat dari kepanitiaan tersebut ,dan al-Azhar pun kembali kepada keadaan semula, dengan kurikulum lama.
Walaupun Muhammad Abduh pada dikala itu belum berhasil memperbaiki kondisi al-Azhar lantaran banyak penetangan dari ulama-ulama al-Azhar yang konservatif,tetapi perjuangan pembaharuannya sangat kuat pada dunia Islam sampai sekarang.

                    3. Pembaharuan di Bidang Pendidikan Politik.

Interaksi Muhammad Abduh dengan Jamaludin Al-Afgani memperkenalkan ia pada dunia politik. Dibidang politik kenegaraan, Muhammad Abduh beropini bahwa pembaharuan negara sanggup dicapai melalui pembaharuan umat. Muhammad Abduh menolak revolusi tapi melalui jalan evolusi. Oleh lantaran itu Muhammad Abduh tidak menghendaki perilaku konfrontatif terhadap penjajah biar sanggup memperbaiki umat dari dalam.
Dalam hal kekuasaan, Muhammad Abduh memandang perlu membatasi kekuasaan dengan institusi yang jelas.Tanpa konstitusi akan timbul tindakan sewenang-wenang. Untuk itu, Muhammad Abduh mengajukan prinsip musyawarah yang dipandang sanggup mewujudkan kehidupan politik yang demokratis.

                 4. Pembaharuan dibidang Sosial Keagamaan

Menurut Muhammad Abduh, lantaran yang membawa kemunduran umat Islam yaitu faham jumud yang terdapat dikalangan umat Islam. Karena faham jumud ininlah umat Islam tidak menghendaki perubahan, umat Islam setatis tidak mau mendapatkan perubahan dan umat Islam berpegang teguh tradisi.
Untuk mencerahkan umat Islam dari kejumudan itu, Muhammad Abduh menerbitkan majalah al-Manar. Penerbitan majalah ini diteruskan oleh muridnya yaitu Rasyid Ridla (1865-1935) yang kemudian menjadi tafsir Al-Manar.
Adapun pokok –pokok pemikiran Muhammad Abduh dibidang sosial keagamaan yaitu :
  • Kemajuan agama Islam itu tertutup oleh umat Islam sendiri, dimana umat Islam beku dalam memahami fatwa Islam.
  • Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. Dari kebijaksanaan akan terungkap misteri alam semesta yang diciptakan Allah untuk kesejahteraan insan itu sendiri.
  • Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula Ilmu Pengetahuan modern niscaya sesuai dengan fatwa Islam.


Demikianlah Artikel Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh

Sekianlah artikel Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh dengan alamat link http://blabla0909.blogspot.com/2016/08/muhammad-abduh-biografi-dan-ide-ide.html

0 Response to "Muhammad Abduh :: Biografi Dan Ide-Ide Ajaran Muhammad Abduh"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel